post-title

Tanda Kehamilan Palsu!

Apakah Anda pernah mendengar istilah kehamilan palsu? Kehamilan palsu atau istilah lainnya yaitu pseudocyesis memang benar, dan terjadi karena kondisi tertentu. Lalu, apa sajakah tanda dan faktor penyebab kehamilan palsu?🤔


Faktor terjadinya kehamilan palsu

✨Kesehatan tubuh

Beberapa kondisi kesehatan fisik yang gejalanya seperti tanda kehamilan yakni obesitas, depresi, kanker ovarium, dan tumor. Selain itu, jika wanita memiliki gangguan pada infertilitas dan mengalami keguguran☁️ yang berulang-ulang, maka hal tersebut juga bisa menjadi penyebab terjadinya kehamilan palsu.

🧠Kesehatan psikologis

Beratnya beban karena belum diberi momongan sering menjadi penyebab stres bagi para wanita yang telah menikah. Saat seseorang mengalami keguguran maupun tidak mampu memiliki momongan namun tetap mendambakan anak👶🏻, maka otak bisa saja mengeluarkan hormon kehamilan yang menyebabkan munculnya gejala kehamilan palsu.


Apa saja gejala kehamilan palsu?

🧍‍♀️Perubahan badan seperti kehamilan biasa

Seperti tanda kehamilan pada umumnya, kehamilan palsu juga menimbulkan gejala pada tubuh, seperti payudara dan perut membesar, merasakan gerakan janin, rambut👩‍🦱 dan kulit terasa ada perubahan, dan juga seringnya buang air kecil seperti ibu hamil pada umumnya.

📝Gejala lainnya

Selain terjadinya perubahan pada tubuh saat terjadi kehamilan palsu, beberapa gejala juga dialami layaknya saat benar-benar mengandung seperti mual🤢, nafsu makan menurun, laktasi, merasakan kontraksi, dan tidak ada siklus menstruasi.


Penanganan kehamilan palsu

🩺Konsultasi dengan dokter

Jika seseorang mengalami beberapa gejala kehamilan palsu, maka sebaiknya segera lakukan konsultasi dengan dokter👩‍⚕️ untuk melakukan beberapa pemeriksaan terkait kehamilan yang dirasakan dan mengobati jika ada gangguan masalah kesehatan.

📌Melakukan konseling

Kekecewaan akan datang saat mengetahui jika tidak benar-benar mengandung buah hati yang sangat diharapkan keberadaannya. Maka dari itu, untuk membantu menerima kenyataan tersebut, disarankan untuk melakukan konseling dengan psikolog atau psikiater.